Mengenal Indra Pendengaran Manusia dan Cara Menjaganya

Mengenal Indra Pendengaran Manusia dan Cara Menjaganya
Manusia telah dianugerahi kemampuan untuk memanfaatkan 5 fungsi panca indra secara luar biasa. Kelima indra ini memegang peran yang sangat penting dalam menunjang kehidupan kita sehari-hari.
Indra penglihatan, penciuman, peraba, pengecap, dan pendengaran semuanya memiliki kedudukan yang sama pentingnya bagi manusia. Kehadiran dan kinerja yang baik dari kelima indra ini sangat menentukan kualitas hidup manusia.
Indra pendengaran khususnya memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan dan menerima informasi. Dengan kemampuan indra pendengaran, seseorang dapat menangkap suara dan memproses informasi dari lingkungan sekitarnya.
Namun, jika indra pendengaran mengalami penurunan fungsi atau bahkan kehilangan kemampuannya, maka kualitas hidup seseorang dapat menurun drastis karena hal tersebut dapat membuatnya menjadi terbatas dalam menerima informasi.
Pada artikel ini kita akan membahas mengenai seperti apa sebenarnya indra pendengaran itu, bagaimana cara menjaga kesehatannya agar kualitas hidup kita tetap terjaga serta mengetahui tindakan preventif apa agar tidak terjadinya kerusakan indra pendengaran yang bahkan kita tidak sadari.
Apa itu Indra Pendengaran?

Indra pendengaran merupakan kemampuan persepsi saraf yang memungkinkan kita untuk mendengar suara dan mengidentifikasi lokasi asal suara tersebut. Kemampuan ini didapat melalui proses yang kompleks, dimulai dari penangkapan suara oleh daun telinga hingga diproses dan diinterpretasikan menjadi informasi melalui saluran telinga luar, tengah, dan dalam.
Indra pendengaran memainkan peran penting dalam berkomunikasi dengan orang lain dan memperoleh informasi. Dalam kehidupan sehari-hari, kita menggunakan indra pendengaran untuk membantu saat berinteraksi dengan orang lain, menikmati musik, dan bahkan mengambil keputusan tentang keamanan di sekitar kita. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga kesehatan dan fungsi pendengaran kita agar dapat memanfaatkannya secara optimal.
Namun, tanpa perawatan yang baik, fungsi pendengaran kita dapat mengalami gangguan atau kerusakan. Menurut Montolalu dkk (2020), gangguan pendengaran dapat terjadi baik sebagian maupun seluruhnya pada salah satu atau kedua telinga. Gangguan ini dapat mempengaruhi ambang pendengaran, yaitu kemampuan untuk mendengar suara dengan intensitas tertentu pada frekuensi 500, 1000, 2000, dan 4000 Hz. Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh faktor genetik, lingkungan, atau penuaan.
Cara menjaga kesehatan indra pendengaran
Penting bagi kita untuk melakukan perawatan dan pemeriksaan secara rutin untuk menjaga kesehatan pendengaran kita. Kita juga harus memperhatikan lingkungan sekitar kita dan menghindari paparan suara berlebihan yang dapat merusak fungsi pendengaran. Dengan memahami pentingnya kesehatan dan fungsi pendengaran, kita dapat memperoleh manfaat optimal dari indra ini dan meningkatkan kualitas hidup kita secara keseluruhan.
Berikut adalah beberapa cara dalam menjaga indra pendengaran agar tetap terjaga kesehatannya, yaitu:
1. Hindari Sumber Suara Yang Terlalu Keras

Menurut CDC (2020), kerusakan pada pendengaran dapat bersifat sementara atau permanen. Penurunan pendengaran dapat terjadi ketika bagian-bagian telinga atau saraf yang membawa informasi suara ke otak tidak berfungsi dengan cara yang biasa. Kerusakan pada salah satu bagian telinga dapat menyebabkan penurunan pendengaran.
Suara keras yang merusak sel dan membran di koklea dapat menyebabkan penurunan fungsi pendengaran yang bersifat sementara bahkan permanen. Efek berbahaya bisa terus berlanjut bahkan setelah paparan kebisingan berhenti, dan kerusakan pada telinga bagian dalam atau sistem saraf pendengaran umumnya bersifat permanen.
Rata-rata manusia lahir dengan sekitar 16.000 sel rambut di dalam koklea yang memungkinkan otak memersepsikan suara. Sekitar 30% hingga 50% sel rambut tersebut bisa rusak atau hancur karena berbagai sebab, seperti paparan kebisingan dalam waktu yang lama, konsumsi obat-obatan yang bersifat ototoksik, dan lainnya. Kerusakan pada sel rambut dan saraf pendengaran terkadang sulit untuk dideteksi karena kerusakannya bersifat perlahan, sehingga pada saat seseorang melakukan pemeriksaan, penurunan kemampuan pendengaran sudah terlanjur terjadi.
Pemaparan yang berulang kali pada suara keras dapat menyebabkan kerusakan pada sel rambut di organ corti dan juga dapat menyebabkan kerusakan saraf-saraf pendengaran yang ada di dalam koklea (rumah siput). Akibatnya, gangguan pendengaran yang terus berlangsung bisa membuat seseorang sulit mendengar atau menangkap suara bahkan di lingkungan yang tenang.
Namun, jika paparan suara keras hanya terjadi dalam waktu singkat dan tidak terlalu sering, maka kerusakan sel-sel rambut masih bersifat reversible dan dalam beberapa jam atau beberapa hari setelah paparan berakhir, karena sel-sel rambut akan kembali ke bentuk semula setelah waktu pemulihan.
2. Hindari kebiasaan mengorek telinga

Banyak orang mencoba membersihkan kotoran telinga yang menumpuk dengan menggunakan cotton bud, jepitan rambut, atau benda lainnya yang memungkinkan. Namun, metode ini sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kotoran telinga masuk lebih dalam atau bahkan luka pada telinga. Kotoran telinga yang masuk lebih dalam dikarenakan cara membersihkan telinga yang salah dapat menyebabkan terjadinya penumpukan kotoran yang memadat sehingga terbentuk sumbatan pada liang telinga (serumen prop). Sebaiknya hindari metode berbahaya tersebut dan biarkan telinga membuang kotoran secara alami.
Menurut Kemkes (2022), telinga memiliki cara alami untuk mendorong kotoran keluar. Namun, jika kotoran telinga menumpuk dan menyebabkan rasa tidak nyaman, gatal, atau bahkan mengganggu pendengaran, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter THT.
Dokter THT dapat melakukan pemeriksaan dan pembersihan telinga dengan cara yang aman, sehingga kotoran telinga dapat dihilangkan tanpa membahayakan kesehatan telinga. Oleh karena itu, jangan mengambil risiko yang dapat membahayakan kesehatan telinga, dan kunjungi dokter THT jika mengalami masalah dengan kotoran telinga.
3. Usahakan Supaya Telinga Tetap Kering

Kondisi telinga yang basah atau lembab memungkinkan berbagai jenis bakteri dan jamur tumbuh di dalamnya. Kondisi ini dapat mengganggu sistem pendengaran Anda dan menyebabkan iritasi atau infeksi. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kondisi telinga Anda tetap kering agar terhindar dari gangguan tersebut.
Jika Anda merasa ada air yang masuk ke dalam lubang telinga, misalnya saat mandi atau kecipratan air hujan secara tidak sengaja, segera miringkan kepala Anda agar air dapat keluar. Penting untuk tidak menggunakan benda-benda seperti cotton bud atau benda lainnya untuk membersihkan telinga karena dapat merusak kulit di dalam telinga, bahkan memperparah kondisi telinga Anda.
Jika Anda berkegiatan di dalam air seperti berenang, snorkling, atau aktivitas lainnya, gunakan pelindung telinga seperti ear plug untuk mencegah air masuk ke dalam telinga. Ear plug juga dapat membantu melindungi telinga dari kebisingan, seperti suara keras pada acara konser atau festival musik. Namun, pastikan ear plug yang digunakan terbuat dari bahan yang aman dan nyaman digunakan, serta memilih ear plug yang sesuai dengan bentuk dan ukuran telinga Anda agar tidak terlalu longgar atau terlalu ketat.
Dengan menjaga kondisi telinga Anda tetap kering dan menggunakan pelindung telinga yang tepat, Anda dapat menghindari berbagai masalah kesehatan telinga yang mungkin terjadi.
Menghindari kerusakan indra pendengaran yang tidak disadari
Kerusakan indra pendengaran dapat terjadi secara perlahan dan tidak disadari. Beberapa orang mungkin tidak menyadari bahwa mereka mengalami kerusakan pendengaran hingga kondisi tersebut memburuk dan memengaruhi kualitas hidup mereka. Kerusakan pendengaran dapat terjadi pada berbagai tingkat, mulai dari hilangnya kemampuan untuk mendengar suara tertentu hingga kehilangan kemampuan mendengar sepenuhnya.
Agar hal tersebut tidak terjadi pada orang terdekat dan juga diri Anda, sebaiknya Anda mulai mempertimbangkan untuk melakukan saran berikut ini:
1. Lakukan Pemeriksaan Telinga Secara Berkala

Mendapatkan bantuan profesional seperti dokter THT untuk melakukan pemeriksaan telinga secara berkala merupakan tindakan yang sangat penting dalam menjaga kesehatan sistem pendengaran. Tindakan ini tidak hanya dilakukan saat ada keluhan atau gejala tertentu, namun juga sebagai langkah preventif untuk mengantisipasi kemungkinan kerusakan pada indra pendengaran.
Ada beberapa jenis pemeriksaan telinga yang dapat dilakukan oleh dokter THT, mulai dari pemeriksaan fisik hingga klinis. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat kondisi saluran luar telinga menggunakan alat yang disebut otoskop. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa saluran luar dan tengah telinga bebas dari sumbatan seperti kotoran telinga, benda asing yang tertinggal di dalam telinga, peradangan atau infeksi telinga bagian luar atau tengah, pembengkakan membran timpani (gendang telinga), dan lainnya.
Melakukan pemeriksaan telinga secara berkala sangatlah penting karena kerusakan pada organ pendengaran tidak selalu dapat dideteksi dengan mudah. Ada beberapa jenis kerusakan organ pendengaran yang tidak menunjukkan gejala atau tanda-tanda yang jelas, sehingga sering kali tidak disadari oleh orang yang mengalaminya. Oleh karena itu, mengunjungi dokter THT secara berkala dapat membantu mendeteksi kerusakan organ pendengaran sejak dini dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah di masa depan.
Selain itu, untuk pemeriksaan klinis, dokter THT akan menggunakan alat audiometer. Alat ini digunakan untuk mengukur kemampuan pendengaran seseorang dengan memberikan serangkaian suara atau bunyi berbeda dan melihat seberapa baik seseorang dapat mendengar suara tersebut. Hasil dari pemeriksaan klinis ini akan membantu dokter THT dalam membuat diagnosis dan menentukan jenis perawatan yang dibutuhkan.
1.1 Apa itu Audiometer?
Audiometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur ketajaman pendengaran menggunakan variasi intensitas suara pada frekuensi 250Hz-8000 Hz, untuk menentukan ambang batas pendengaran seseorang.
Shargorodsky, J (2022) menyebutkan bahwa ada beberapa tes pendengaran yang bisa dilakukan menggunakan audiometer, antara lain:
- Pure Tone Test (Audiometer Nada Murni)

Nada murni dari frekuensi dan volume tertentu dibunyikan pada masing-masing sisi telinga pada satu waktu. Pasien akan diminta memberi tanda dengan menekan tombol respon ketika mendengar suara. Pada pengujian ini, nilai hantaran tulang dan hantaran udara akan tergambar dalam hasil pemeriksaan berupa audiogram.
- Speech Audiometry (Audiometer Tutur)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kemampuan pasien dalam mendengar dan mengulangi kata-kata yang diucapkan pada volume berbeda yang terdengar melalui perangkat audiometer.
- Immitance Audiometry
Tes ini mengukur fungsi gendang telinga dan tulang-tulang pendengaran, serta mengukur tekanan pada telinga tengah. Pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan sebuah probe ke dalam telinga dan udara dipompa melaluinya untuk mengubah tekanan di telinga saat nada dihasilkan.
1.2 Bagaimana Cara Kerja Audiometer?
Pemeriksaan audiometer merupakan pemeriksaan subjektif (subjective test) yang membutuhkan respon dari pasien untuk memberikan respon dengan menekan tombol setiap kali mendengar bunyi dari perangkat. Untuk itu, pasien harus terhindar dari hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasinya seperti kebisingan.

Dalam pemeriksaan menggunakan audiometer konvensional, setiap orang yang akan diperiksa dimasukkan kedalam ruang kedap suara (sound proof booth) lalu dipasangkan headset yang menjadi alat untuk menyalurkan bunyi dari perangkat. Setiap kali pasien merespon bunyi yang diberikan oleh operator dalam frekuensi dan intensitas tertentu akan dicatat, lalu akan ditarik rata-ratanya yang dianggap sebagai ambang batas pendengaran pasien.
1.3 Audiometer KUDUwave

Saat ini sudah ada instrumen audiometer bernama KUDUwave yang dapat dioperasikan tanpa menggunakan ruang kedap suara (sound proof booth). Inovasi ini digagas untuk menjawab tantangan akan kebutuhan pemeriksaan yang dapat mengakomodir semua jenis pasien, seperti pasien yang phobia terhadap ruang sempit, pasien dalam perawatan (sulit bergerak), dan tentunya untuk menghadirkan audiometer yang lebih efisien dari sisi waktu dan ruang.
KUDUwave merupakan instrumen audiometer diagnostik portabel yang tidak memerlukan bilik suara untuk pemeriksaan audiometer karena sudah dilengkapi dengan 3 tingkatan peredaman yang mampu meredam kebisingan pada saat pengujian berlangsung.

Selain itu, instrumen tersebut memiliki salah satu varian yang bernama KUDUwave Pro, yang mana instrumen ini menggabungkan audiometer, konduktor tulang dan headset frekuensi tinggi ke dalam satu perangkat yang praktis. KUDUwave Pro sudah dipercaya oleh audiolog di seluruh dunia untuk pemeriksaan audiometer diagnostik dan ideal untuk digunakan dalam pengecekan audiologi secara klinis.
Bila Anda tertarik untuk mengetahui informasi selengkapnya mengenai Audiometer KUDUwave, silakan menghubungi kami melalui berikut ini:
[maxbutton id=”1″ url=”https://geoaxon.com/kuduwave-pro” ]
Referensi Artikel:
How Does Loud Noise Cause Hearing Loss?. (2020, November 24). Centers for Disease Control and Prevention. https://www.cdc.gov/nceh/hearing_loss/how_does_loud_noise_cause_hearing_loss.html [diakses pada 19 Februari 2023].
Mustika, H., & Muyassaroh. (2022). Cara Menjaga Kesehatan Telinga. Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/836/cara-menjaga-kesehatan-telinga [diakses pada 19 Februari 2023].
Montolalu, I., Mengko, S. K., & Runtuwene, J. (2020). Ambang Pendengaran Rerata pada Sopir Mikrolet Trayek Teling-Pusat Kota Manado. e-CliniC, 8(1).
Shargorodsky, J. (2022). Audiometry. MedlinePlus. https://medlineplus.gov/ency/article/003341.htm [diakses pada 19 Februari 2023].
Kualitas Terjamin, Layanan Kesehatan Terbaik!
Tingkatkan layanan kesehatan yang Anda berikan dengan menggunakan alat kesehatan yang terjamin kualitasnya dan diakui lembaga internasional.






